Malang – IKOM PERS
Siapa yang tak tahu Briptu Norman saat ini. Seluruh media massa heboh memberitakan tentang sosok yang terkenal melalui youtube dengan berjoget dan melipsing lagu India “Caiya-caiya” selama 2 minggu ini, dan bagaimana citra polisi di mata masyarakat dengan beredarnya video ini?.
Pro dan Kontra muncul sejak beredarnya video lipsing Briptu Norman Kamaru, dari mulai sebagian masyarakat sampai pihak POLRI terbius oleh pesona Briptu Norman, dan tim IKOM Pers berhasil mewawancari beberapa masyarakat yang pro dan kontra dengan adanya kemunculan video Briptu Norman.
Pihak POLRI tentunya mendukung aksi Briptu ini karena inspirasinya bagus serta dipandang sebagai salah satu hal positif untuk POLRI, munculnya video ini sangat tepat sekali dengan salah satu rencana strategis POLRI tahap II yaitu partnership building dalam membangun mitra POLRI terhadap masyarakat, ungkap AKP. Abdul Hadi, Kasat Humas Polres Malang.
Kasat Humas Polres Malang ini mengatakan, dengan munculnya video Briptu Norman saat ini sedikit merubah image buruk polisi yang selama ini melekat dalam benak masyarakat. Selama ini sebetulnya banyak ide-ide kreatif polisi yang tidak diketahui oleh masyarakat, hanya saja yang beruntung tersorot media sampai saat ini baru Briptu Norman ini.
Jadi selama hal itu positif, pihak POLRI membebaskan anggotanya untuk berkarya untuk menciptakan citra yang baik di mata masyarakat kedepannya, ungkapnya.
Sementara itu AKP. Ellyda, kasat Binmas Polres Malang, mengemukakan sejauh ini tidak ada hal yang negatif dengan munculnya video Briptu Norman, justru dengan adanya video tersebut dapat memacu kinerja anggota POLRI untuk lebih baik lagi dalam mengabdi pada masyarakat.
“Terkait dengan kesibukannya menjadi artis saat ini, pasti sudah mendapat dispensasi dari instansi kami, karena bagaimanapun juga Briptu Norman masih menjadi anggota POLRI dan tetap harus menaati perintah atasan,” ungkap Kasat Binmas Polres Malang ini.
Ada beberapa masyarakat Kontra dengan kemunculan video ini sepertihalnya saja Maya Diyah Nirwana, S.Sos, M.Si menilai karena adanya keseragaman media dan tradisi media, media yang memberitakan Briptu Norman menjadi tidak kreatif dalam melakukan program acara.
“Ada beberapa masyarakat yang menganggap bahwa Briptu Norman melanggar kode etik dalam bertugas, masak sedang bertugas malah bernyanyi dan berjoget, tidak seharusnya orang yang melanggar tugas dipuji-puji dan disambut seheboh itu,” pendapatnya.
Maya Diyah Nirwana juga menambahkan, “Apalagi ketika tampil disalah satu stasiun televisi mau saja mesra-mesra dengan artis-artis yang sepanggung dengannya (melakukan cipika-cipiki dan berpelukan), seharusnya Briptu Norman tetap menjaga etika kepolisian tidak sepantasnya polisi yang terkenal dengan tindakan tegas melakukan hal itu.”
Untuk kedepannya ia merasa masyarakat tetap memandang POLRI mempunyai citra buruk karena terkait dengan kinerja polisi seperti sistem keamanan, tingkat kriminalitas yang semakin tinggi, korupsi dan lain-lain, adanya video ini hanya untuk mengalihkan perhatian publik yang menyeret nama atau kinerja kepolisia saja, ungkap dosen Ilmu Komunikasi FISIP UB ini.
Ada pula yang berpendapat bahwa kemunculan video Briptu Norman biasa-biasa saja seperti Bondan seorang pegawai negeri mengemukakan, “Yang ngetop kan Briptu Norman bukan instansinya, setiap manusia pasti punya rasa humor dan pasti butuh hiburan jadi jangan menilai suatu lembaga hanya dari satu orang saja.”
Pro dan kontra mengiringi setiap ketenaran seseorang, termasuk tenarnya Briptu Norman akibat videonya. Terlepas apakah fenomena ini memiliki banyak dukungan atau cemoohan, semoga kita tetap bisa mengambil manfaat dari fenomena ini.